Dear Leo,
Aku yakin pria pintar sepertimu tidak suka film cinta, apalagi yang roman picisannya kental dan memiliki alur cerita yang klise. Namun, jika ada waktu dan Tuhan sedang baik — kuingin Ia menjebakmu untuk menonton film Sunny.
Ya! Tahun 2006 silam, salah satu sutradara film paling produktif di Indonesia, Nayato Fio Nuala merilis karya yang mampu membuat seorang Ghea menangis hingga berkali-kali. Padahal ceritanya basi, tentang seorang gadis dan cinta pertama yang ia temukan di masa SMA.
Dikisahkan bahwa Sunny adalah anak baru di sekolah Alya, namun sosoknya yang dingin dan misterius mampu membuat Alya yang tomboy bertekuk lutut dan mendeklarasikan diri sebagai pengagum rahasia yang paling hebat. Tanpa diduga, di sisi lain ternyata Sunny memiliki perasaan yang sama kepada Alya.
Namun untuk menjaga tali pertemanan agar tetap utuh, tidak ada satu pun dari mereka yang berani untuk menyatakan cinta terlebih dahulu. Hingga beberapa tahun kemudian, Alya yang sudah bertunangan, dan Sunny yang sudah menikah — harus benar-benar dipisahkan oleh kematian, dan kisah cinta mereka usai begitu saja. Tanpa pertemuan yang lebih layak, tanpa ucapan ‘selamat tinggal’ yang lebih manis.
Menyedihkan,
….dan Le, aku tidak mau menjalani kehidupan se-tragis Alya, tapi aku juga segan untuk menyatakan perasaan yang kupendam selama tiga tahun terakhir. Aku takut kamu menjauh, dan seorang gadis sepertiku sepertinya tidak layak untuk bersanding dengan pria sejenius kamu. Lalu, aku harus apa?
***
Jatuh dan tersungkur di tanah aku
Berselimut debu sekujur tubuhku
Panas dan menyengat
Rebah dan berkarat
Yang, yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Yang hancur lebur akan terobati
Yang sia-sia akan jadi makna
Yang terus berulang suatu saat henti
Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti
Kadang-kadang, aku berkhayal agar Tuhan mau menitipkan sihir di dalam ukulele kesayanganku. Aku ingin Ia mengabulkan permohonanku melalui lagu-lagu yang sudah mengalun indah dengan iringan dari ukulele ini. Meskipun sudah tua dan sering dibanting ibu, tapi kuharap Tuhan tidak masalah dengan itu, kemudian sudi untuk memasukan magis di dalam setiap senarnya.
Ah iya, lagu Banda Neira yang baru saja kulantunkan mungkin akan jadi lagu terakhir yang bisa kau dengar secara langsung. Acara perpisahan sekolah sudah tinggal menghitung menit. Rasanya ingin turun panggung dan memelukmu seketika, mengucapkan kata-kata penuh rajuk seperti “jangan pergi, aku sayang sama kamu”.
Percuma, keberanianku tidak setebal itu.
Kelak, mungkin aku akan menyesal karena telah melewatkan momen berharga seperti ini. Tapi tubuhku benar-benar tidak berdaya, logika tetap harus menang.
“Akan sangat tidak pantas jika seorang wanita menyatakan cinta terlebih dulu, apalagi jika sudah tahu akan tertolak tanpa ba-bi-bu”
Le, aku pergi. Hiduplah dengan baik, semoga Tuhan senantiasa menyertaimu dalam setiap langkah. Aku mencintaimu, sekarang dan di kehidupan selanjutnya.